Sabtu, 24 September 2011

BAB II Skripsi aang

BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

A. Ketaatan siswa terhadap tata tertib disekolah
1. Pengertian
Ketaatan secara etimologis berasal dari kata taat yang berarti senantiasa menurut. (Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa indonesia, 1989:880) selanjutnya ditambahan dengan imbuhan diawal dan diakhir menjadi ketaatan yang mempunyai arti kepatuhan, kesetiaan dan kesalehan.
Secara terminologi taat adalah hal yang sangat menakjubkan, karena semuanya baik. (Rizal Ibrahim, 2003:257) Sedang menurut Madyo Ekosusilo siswa adalah:
“Siswa merupakan anak didik berdiri sebagai raw input( masukan kasar karena anak memasuki kancah pendidikan (dalam sistem pendidikan disekoplah maupun dalam sisitem latihan dimasyrakat) masih kosong , belum diolah dan belum mempunyai bekal apa-apa. Kecuali hanya pembawaan yang dibawa sejak lahir ataupun potensi-potensi yang masih terpendam, belum jelas potensi ini baru akan menjadi kemampuan-kemampuan rill setelah dikembangkan”. (Madyo ekosusilo dan RB Kasihadi. 11985:45)

Tatatertib adalah peraturan-peraturan yang harus ditaati /dilaksanakan atau disiplin. (Tim penyusun kamus pesan pembinaan dan pengembangan bahasa indonesi,1989:908) sedangkan menurut (Ali Qaimi, 2002:236) tata tertib merupakan medium bagi proses pendidikan, sekaligus penyebab tumbuhnya kedisiplinan dalam berprilaku.
Menurut Instruksi Mentri pendidikan dan kebudayaan Tanggal: 1 Mei 1974, No. 14/U/1974. sebagaimana yang dikutif oleh Suryo Subroto.(2004:81) tatatertib sekolah ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sangsi bagi orang yang melanggarnya. Yang didalamnya terdapat tata tertib murid, tata tertib guru dan tata tertib tenaga administrasi.
“Sedangkan pengertiam sekolah adalah adalah “sebagai pusat pendidikan formal merupakan seperanhgkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan. Perangkat ini ditata dikelola secara formal,, mengikuti haluan yang pasti dan diperlakukan dimasyarakat yang bersangkutanm . haluam tersebut tercermin dalam falasafah dan tujuan, penjagaan , kurikulum pengandimjistrasian serta pengelkolaannya”.(Madyo Ekosusilo dan RB +kasihadi, 1985:25-26)

“Zahra Idris dan Lisma Zamal ( 1995:90) mengungkapkan tentang defunisi sekolah “sekolah merupakan tempat dan saat strategis bagi pemerintah dan masyrakat untuk membina seseorang dalam menghadapi masa depan. Pada lingkungan ini duharapkan hendaknya setiap imdividu dapat berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannnya. Perkembangan yang maksimal itu hendaknya dapat disumbangkan terhadap perkembangan masyrakat yang adil dan makmur”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian ketaatan siswa terhadap tata tertib sekolah adalah kepatuhan atau kiedisiplinan individu raw infut terhadap peraturan yang harus ditaati pada sebuah lembaga pendidikan yang dibebani tanggun jawab yang diharapkan siswa sebagai raw infut dapat berkembang sesuai dngan kemamnpuannya secara maksimal yang pada akhirnya dapat disumbangkan terhadap perkembangan masyarakat yang adil dan makmur.
2. Indikator Ketaatan siswa terhadap tata tertibb sekolah
Kewajiban mentaati tata tertib sekolah adalah hal yang penting sebab bagian dari sistem persekolahan dan bukan bagian sistem kelengkapan sekolah. (Saryosubroto, 2004:82). Konsekwensi diadakannya sebuah peraturan harus dilaksanakan bukan dijadikan pajangan saja. Bertapaun bagusnya sebuah aturan tanpa didukung dengan adanya hukuman atau sangsi bagai orang yang melanggar dan penghargaan bagi orang yang melaksanakannnya, siswa tidak termotivasi untuk melaksanakan sebuah aturan yang dibuat.
Pada dasarnya tata tertib siswa disekolah adalah sebagai berikut sebagaimana yang di ungkapkan oleh Suryosubroto ( 2004:82-83); sesuai dengan instruksi mentri pebdidikan dan kebudayaan No 14 tahun 1974.
a. Tugas dan kewajiban dalam kegiatan dalam kegiatan intra sek olah
1. Murid harus datang disekolah sebelum jam pelajaran dimulai;
2. Murid harus sudah siap menerima pelajaran menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran itu dimulai;
3. Murid tidak dibenarkan tinggal didalam kelas pada saat jam istirahat kecuali jika keadaan tidak mengijinkan misalnya hujan;
4. Murid boleh pulang jika pelajaran telah selesai;
5. Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah sekolah;
6. Murid wajib menjaga berpakian sesuai dengan yang ditetapkan sekolah;
7. Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakulikuler seperti: kepramukaan, kesenian, palang merah remaja dan sebagainya.
b. Larangan-larangan yang harus diperhatikan;
1. Meninggalkan sekolah/jam pelajaran tanpa izin dari kepala sekolah atau gur yang bersangkutan;
2. Merokok di sekolah;
3. Berpakaian tidak senonoh atau bersolek yang bertlebihan;
4. Kegiatan yang m,engganggu jalannya pelajaran;
c. Sangsi bagi murid dapat berupa:
1. Peringatan lisan secara langsung;
2. Peringatan tertulis dengan tembusan kepada orangtua;
3. Dikeluarkan sementara;
4. Dikeluarkan dari sekola

“Selanjutnya Suryosubroto ( 2004:83) menjelaskan :”dalam prakteknya, aturan tata tertib yang bersumber dari Mentri pendidikaan dan Kebudayaan perlu dijabarkan atau diperinci sejelas-jelasnya dan disesuaikan dengan kondisi sekolah agar mudah dipahami murid”.

Dengan mengacu pada, unstruksi mentri pendidikan dan kebudayaan di atas maka berikut ini, berupa peraturan tatatertib yang berasa dari MTs. Alslah Kadugede, sekaligus sebagai indikator tatatertib siswa disekolah sebagai berrikut:
1. Setiap akan dimulai jam pelajaran pertama dan mengaklhiri jam pelajarn didagului dingan do’a, kepada Allah SWT; Bertdoa merupakan suatu kegiatan yang baik yang dianjurkan oleh Allah SWT dan rasulullah SAW, bahkan dikatakan bahrwa doa adalah silatul mu’minin jam pelajaran pertama dimulai dari jam 7.30 dan kahir jam terakhir jam 13.00.0
2. Siswa wajib datang 10 menit sebelum pelajaran dimulai; Artinya siswa wajib datang jam 7.20 keculai hari senin jam 7.00. maka yang tidak datang pada jam itu akan dikenakan sangsi.
3. Siswa yang terlambat harus minta izin masuk yang ditandatangani oleh guru piket; Artinya siswa yang terlambat datang sesudah jam pelajaran dimulai yakni jam 7.30.
4. Sepeda motor ditempatkan ditempat yang telah disediakan; Artinya apabila ada siswa yang membawa sepeada motor, menyimpannya ditrempat yang telah disediakan yaitu di samping sekolah.
5. Pada waktu jam kosong siswa harus tenang, di dalam kelas tidak boleh gaduh; artinya tatkla tampelajaran kosong, maka siswa dilarang untuk keluar kelas, apalagi sampai ribut, bisa mengganggu kelas yang lainnya yang sedang belajar.
6. Siswa harus berpakaian seragam yang rapi dan sopan;Siswa berpakaian seragam yang rapih dan sopan. Bagi siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajarnya memiliki hak dan kewajiban yang harus menjadi pegangan dalam bertpakaian. Diantara salah satu kewajibannya yang harus senantiasa diperhatikan oleh siswa dan dikerjakan adalh memakai pakaian atau seragam sesuai dengan yang ditetapkan, yaitu; hari senin dan selasa memakai seragam putih biru, rabu dan kamis memakai batik, dan jum’at dan sabtu memakai baju pramuka.
Berpakaian dengan menutup aurat adalah bagian dari kewajiban agama. Allah SWT telah berfirman dalam surat An-Nur:31 yang berbunyi:


Artinya :”Danjanganalah mereka menampakan perhiasanny kecuali yang biasa bampak padanya adan hendaklah mereka menutupkan kain jilbab kedadanya”( QS.An-Nur:31) (Depag. RI )

Dari ayat diatas dapat diambil hikmahnya adalah bahwa menutp aurat adalah hakekatnya bagai kaum musklim adalah suatu keharusan sebab fungsi dari pakaian adalah untuk menutup aurat. Sedangkan batasan aurat adalah sebagaimana yang di ungkapkan oleh Cahyadi Takariawan ( 2005:158) adalah: “ Aurat perempuan adalah seluruh bagian tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan dan laki-laki adalah dari pesar sampai lutut. Namun bukan berarti laki-laki harus pakiai celana saja dengan tidak menggunakan baju. Kalau atauran laki-laki harus pakai baju dan celana maka itu yang harus diikuti dan ditaati.
7. Siswa dilarang memakai sandal di sekolah; Artinya ketika siswa datng kesekolah untuk belajar harus pakai sepatu, dengan sepatu dan memakai kaos kaki.
8. pada waktu istiranhat di larang keluar dari lingkungan sekolah; Waktu istirahat ditentukkan jam 10.00 sampai jam 10.15 menit, dengan demikian waktu istirahat selama 15 menit, dalam waktu 15 menit ini siswa dilarang keluar dari lingkungan sekolah.
9. Siswa dilarang merokok di sekolah. Merokok merupakan kegiatan yang sangat merugikan bagi kesehatan, dan rokok harus dibeli dengan harga yang tinggi, apalagi dengan situasi seorang siswa yang dalam posisi keuangannya masih dari orangtunya, belum bisa mencari sendiri. oleh karena itu merokok dilarang pada sekolah ini.
10. Siswa yang sengaja berkelahi di sekolah dapat dikeluarkan dari sekolah;Berkelahi merupakan kegiatan yang tidak sesuai dengan akhlak kislami, sebab dari berkelahi akan menimbulakan permusuhan, anatara sesama siswa. Serta akan menimbulkan situasi yang tidak kondusif ketika siswa mengikuti kegiatan belajar mengajarnya.
11. Siswa tidak boleh berambut gondrong; Rambut merupakan mahkota, bagi kaum laki-laki tetapi kalau rambut begi serorang siswa panjang maka, situasi seperti itu akan menimbulkann kesan yang kurang positif. Dan dari sisi kerapihan tidak rapih bagi orang yang berambut gondrong.
12. Siswa dilarang masuk ruang kantor tanpa kerperluan. Ruang kantor merupakan tempat bekerjanya bagaian administrasi yang didalam ada ruang guru, ruang kepala sekolah. Diruang ini, guru mengadakan periapan atau penilaian ketikan akan mengajar dan setelah mengajar.
13. Siswa wajib mengikuti upacara yang telah ditentukan; Upacara yang rutin dilakukan setiap satu minggu sekali adalah upacara hari senin yang harus diikuti oleh para siswa, serta upacara hari upacara hari besar nasional.
14. peraturan yang belum tertulis dalam tatatertib akan diumumkan pada pengumuman kelas;Peraturan yang tidak ditulis dalam peraturan ini antara lain seperti peraturan kelas, atau peraturan lainnya yang sesuai dengan nilai-nilai islami dan atauran yang beraku di masyarakat.
15. Siswa yang melanggar tata tertib ini akan dikenakan sangsi;Bagi siswa yang melanggar aturan atau tata tertib ang berlaku ini maka akan, dikenakan sangsi, yang sesuai dengan yang dilanggar

3. Faktor Yang Mempengaruhi Ketaatan
Pernah diriwayatkan bahwa, imam Abu Hanifah memberi petuh pada muridnya yang bernama Ya’kuf: taatilah dan muliakan para penguasa. Dan janganlah berkata dusta dihadapannya”.( Rizal Ibrahim, 2005:200) dalam kaitannya dengan kondisi siswa disekolah bahwa yang menjadi seorang pemimpin atau penguasa disekolah adalah kepala sekolah, guru dan pekerja administrasi. Yang tealah merumuskan sebuah tatatertib yang berlaku bagi siswa untuk ditaati dan dilaksanakan dengan disiplin, karena disiplin merupakan merupakan salah satu alat umtuk mencapai tujuan pendidikan. (Cece Wijaya, 1991:18).
Sebelum menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi ketaatan terlebih dahulu penulis paparkan tentang pengertian disiplin yang di ungkapkan oleh Soegeng Priodrminto (1992:23) bahawa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan teretuk melalui serangnkaian prilaku yang menujukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau keterauran.
Oleh karena itu dengan disiplin siswa diharapkan menjadikan taat terhadap tatatertib sekolah. Sebab siswa yang berdisiplin berarti siswa tersebut suda taat terhadap tatatertib sekolah.
Dengan disiplin akan membuat dirinya tahu membedakan hal-hal yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepautnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yangng dilarang.(Soegeng Prijodarminto, 1992:23) lebioh ,lan menjaelas bahwa disiplin tiga aspek yaitu:
1. sikap mental (mental attitide), yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengnendalian watak.
2. pemahaman yang baik mengenai sistem atauran perilaku norma, kriteria, dan stsndar yang demikian rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan; norma, kriteria dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai kleberhasilan
3. sikap kelakukan yang secara wajar menujukan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

Dalam hal ini Oemar Halik (1980:210) berpendapat:
“Terjadinya sisiplin itu karena dua unsur dari dalam diri siswa (intern) dan dan unsur dari luar diri siswa atau dari lingkungan sosial (ekstern). Unsur sari dalam siswa berkaitan dengan tujuan belajar (ekstern). Unsur dari dalam berkaitam erat dengan tujuan, minat, kesiapan, dan kelelahan. Dan unsur dari luar diri siswa menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alamiah seperti aspek-aspek objektif dari lingkungan yang meliputi faktor psikologis, faktor desain asitektural, faktor temporal dan tekpnologis”

Untuk lebih jelasnya diuraikan masing faktor yang mempengaruhi ketaatan terhadap tata tertib, yaitu:
a. Faktor Intern
1. Tujuan tatatertib
Tujuan adalah target yang terikat waktu, keinginan keinginan mencapai hasil pada waktu tertentu atau sesuiatu yang hendak kita kerjakan menurut perencanaan waktu kita untuk mencapai sasaran.(Mark Douglas, 2005: 6) dalam kaitan dengan tujuan diadakannya tatatertib di sekolah adalag siswa diharap dapat menyelesaikan belajarnya sesuai dengan waktu yang ditentukan atau lebih cepat dan memepunyai prestasi yang tinggi.
Sedangkan belajar merupakan sustu prtoses terarah kepada pencapaiuan tujuan tertentu. Dalam hal ini Rustana Ardi Winata (1979:31) menyatakan bahwa tujuan mengandung dua arti yakni arah dan titik akhir. Seorang siswa harus mempunyai titik tolak, arah bergerak dan tempat berhenti sesuai dengan norma yang diyakini kebenarannya.
Ungakapan tersebut mengandung makna tujuan memegang peranan yang sangat pentin karena akan memberikan arah pada proses pendididkan, sehingga tujuan dalam belajar harus dimiliki siswa. Mengenai hal ini, Tabrani Rusyan dkk. (1994:84) bahwa tujuan belajar merupakan rumusan tentang perubahan tingkah laku apa yang diperoleh setelah proses belajar mengajar berlangsung. Bila tujuan diketahui siswa memiliki motivasi untuk mentaati dan melaksanakan agar tujuan diri adakannya suatu kegiatan dapat diketahui. Oleh karena itu dalam merumuskan sebuah tata tertib sesuia dengan keadaan siswa serat dilibatkan sebab bagaimanapun siswalah yang akan melaksanakannya. Tata tertib yanv tidak jel;as tujuannya siswa cenderung untuk melanggarnya.
2. Minat
Menurut Slameto ( 1995:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu halatau aktifias tanpa ada yang menyuruh. Dalam hal ini, Usman Efendi (1993:122) menyatakabn bahwa minat timbul apabila individu sudah tertarik pada sesuatu, karena sesuai dengan kebutuhannya. Namun minat tanpa ada nya suatu usaha yang baik untuk melaksanakan sebuah aturan sulit terealisasi.
Dari pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa minat juga berpengaruh terhadp ketaatan siswa terhadap tata tertib, sehingga siswa yang diminta untuk melaksanakan sebuah tata tertib sekolah dapat melaksanakannya secara teratur, mengikuti tata tertib dan aturannya-aturanya.
3. Kemampuan siswa
Dalam hal ini Allah berfirnan dalam surat Al-Baqarah ayat 286 yang berbunyi:


Artinya:”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, iaia mendapat pahala (dari kebajikan) yang di usahakannya dan ia mendap[at siksa (dari kejahatan) yang dijkerjakannya.......”(QS. AlBaqarah:286).

Dari ayat diatas dapat dipahami dalam mengikuti sebuah aturan atau tatatertib harus berdasarkan dengan kemampunnya, loginya siswa dalam melaksanakan tata tertib sesuai dengan kemampuannya artinya siswa yan tidak dapat melksankan sebuah tatatertib, baik secara fisik maumun non fisik, baik secara materi maupun nonmateri, dia harus menerima keadaan itu dan kan menerima balasan sesuai dengan apa-apa yang diperbuatnya.
4. Kelelahan
Kelelahan bisa dipengaruhi ketaatan mengikuti tatatertib yang dibuat seseorang, siswa yang baik harislah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam mengikuti sebuah tata tertib sekolah. Mengenai kelelahan sebagaiman dijelaskan Slameto (1995:59) yaitu:
“Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelhan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah kurang lancar baian-bagian tertentu”.
“Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan ssesuati hilang. Kelelahan ini, sangat tersa pada bagian kepala dengan pusing-puysimng sehingga sulit untuk berkonsentrasi seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja . dan kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang di anggap berat tyanpa intirahat,. Menghadapi hal-hal yang selalu sama tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bekat, minat dan perhatiannya”.

Dengan demikian, orang badannya mudah lelah , lesu dan kerap merasa lemah tidak akan memiliki ketaatan yang kuat terhadap tatatertib sekolah atau terganggu oleh keadaan dirinya yang lelah, demikian juga kelehan pada seseorang yang disebabkan karena terlalu banyak bekerja. Semuanya itu mengakibatkan menurunya kadar disiplin seseorang.
b. Faktor Ektern
Selain faktor intern siswa, terdapat beberapa faktor ektern yang secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh kepada ketaatan terhadap tatatertib sekolah siswa. Faktor ektern tersebut yaitu:
1. Lingkungkungan Keluarga
Keluarga dilihat dari sudut pendidikan, merupakan lembaga pertama kali anak mengenal berbagai hal. Dikatakan uatama, karena pada asalnya, tugas dan tanggung jawab mendidik anak terlatak pada orang tuanya.
Berdasarkan kenyataan ini, keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membina ketaatan terhadap tatatertib sekolah anak. Menurut Sutari Imam Barnadib (1993: 121) posisi keluarga dalam hal ini yaitu:
“Keluarga adalah tempat belajar berbicara dan berbuat baik kepada orang lain. Didalam keluargalah orang belajar sabar dan saling mengharagai didalam keluarga yang baik tiap-tiap anggota keluarga mempunyai tugas sendiri-sendiri. Masing-masing tanggung jawab atas tugasnya. Jadi didalam keluarga terdapat latihan memupuk rasa tanggung jawab. Didalam keluarga pula tempat mengerjakan kebiasan-kebiasan yang baiktentang kesehatan, makan dan tingkah laku yang baik. Jadi pendidikan didalam lingkungan keluarga itu merupakan “dasar” bagi segala pendidikan selanjutnya”.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa kebiasan-kebiasan didalam keluarga, dari berbagai segi, turut mempengaruhi pada sikap ketaatan siswa terhadap tatatertib sekolah dalam belajar di sekolah.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai lembaga formal yang didalamnya melibatkan sebagai unsur yang dapat dipengaruhi ketaatan siswa terhadap tatatertib sekolah. Unsur- unsur tersebut diantaranya atauran atau tata tertib yang dibuat oleh kepala sekolah dan gurubeserta masyarakat yang berperan dalam pendidikan, materi pelajaran dan metode mengajarnya.
Guru dalam proses belajar mengajar dikelas memiliki peran sebagai pengajar pimpinan kelas, pembimbing, penggatur setting, pertisipan, ekspeditor, perencana, supisor, motivator dan konselor (Uzear Usman, 1990: 7). Dengan peranannya tersebut, guru mengaharapkan proses belajar mengajar berlangsung secara tertib, teratur dan evektif, untuk mencapai tujuan. Tetapi apabila gaya, sikap dan pribadi guru kurang baik, materi yang disampaikan atau bila metode yang digunakan bertentangan dengan keinnginan siswa yang bertingkah laku tidak disiplin akan menentang pelaturan. Hal ini menunjukan bahwa keberadan materi, metode dan juga yang lainya yang ada di sekolah turut mempengaruhi disiplin belajar siswa.
3. Lingkungan Masyarakat
Dalam belajar, kerap kali timbul keadan tertentu yang tidak menjadi tanggung jawab siswa dan guru, tetapi berkaitan erat dengan corak kehidupan (Wingkel,1991: 135).
Lingkungan tempat siswa tinggal, memberikan corak tertentu pada dirinya. Jika lingkunngan itu terbiasa memilihara sikap ketaatan, maka diharapkan siswa yang tinggal dilingkungan tersebut akan bersikap taat dalam melaksanakan tatatertib sekolah pula dalam belajarnya.
Dalam lingkungan masyarakat juga terjadi interaksi sosial, disana seorang individu bergaul dengan individu lainnya yang memberi kemungkinan-kemungkianan berkembang, sebagai mana Gerungan (1991: 25)’ menyatakan:
“Justru dalam interaksi sosisal itu manuasia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual, sebab tanpa timbal balik interaksi sosial itu, ia tekdapat merelisasikan kemungkinan-kemungkinan dan fotensi-fotensinya sebagai individu, yang baru memperoleh perangsangnya dan asuhannya didalam kehidupan berkelompok dengan manusia”.

Dari keterangan diatas, dapat dipahami di lingkungan masyarakat yang didalamnya terjadi interaksi sosial jika dikaitkan dengan masalah ketaatan siswa dalam mengikuti tatatertib sekolah ketika proses belajar mengajar berlansung, belajar berlangsung, baik diluar kelas maupun dirumahnya masing-masing. Hal ini dilakukan untuk menghindari kelupaan bahkan fdalam rangka membiasakan anak untuk taat terhadap sebuah aturan baik yang berlangsung berhubungan dengan Negara Agama dan kehidupan sosial.
4. Lingkungan Alamiah
Faktor-faktor objektif dari lingkungan sepeti desain arsitektural dan teknologi, serta asfek temporal turut pula mempengaruhi pada disiplin siswa. Hal ini sebagai mana di jelaskan Suarsismi Akunto (2001: 93) yaitu:
“Mendirikan gedung sekolah tidak semudah mendirikan kantor. Gedung sekolah merupakan tepat penting untuk penempati anak agar menjadi warga Negara yang cerdas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap seprti disebutkan dalam tujuan pendidikan nasional. Oleh Karen pentingnya itulah maka pendirian gedung sekolah harus mempertimbangkan keadan subjek yang belajar, baik mangenai sipat-siapat umum maupuan sispat-sipat khusus yang memberikan ciri perbedaan individual”.

Ini berarti bahwa bersaing, tentu pada bangunan akan memberikan corak tentu pula pada prilaku penghuninya. Jadi, suatu bangunan sekolah dan segala suatu yang diatur didalamnya sebagai hasil pengembangan teknologi akan memberi pengaruh pada ketaatan dalam melaksanakan tatatertib sekolah.
Begitu pula pengaruh waktu bagi manusia. Ajaran islampun merupakan pentingnya memperhatikan waktu, diantaranya disebutkan dalam AlQur’an surat Al Ashr 1-3 sebagi berikut:
  •              

Artinya:
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Depag RI, 1984: 1099).

Dari ayat di atas terlihat jelas ada kaitan antara waktu atau suasana temporal dengan amal saleh dan pelakunya itu orang beriman, maka bagi orang tersebut berarti berusaha menghindari kerugian penggunaan waktu. Pada sisi lain, waktu itu sendiri memberikan pengaruh pada sikap prilaku ketaatan manusia.
Dalam hal itu juga bahwa waktu belajar bisa mempengruhi pada kondisi fisik atau jasmaniah peserta didik dan pada akhirnya berpengaruh pula pada keberhasilan proses belajar mengajar serta ketaatan siswa terhadap tatatertib sekolah.
.
B. Prestasi Belajar siswa

1. Pengertian
Kata prestasi berasal dari bahasa inggris yaitu prestise yang artinya penghargaan. Sedangkan menurut WS. Winkel (1996:146) prestasi merupakan hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjalkan dan sebgainya. Prestasi belajar juga merupakan pengungkapan segenap ranah, kognitif dan Psikomotor sebagai akibat dari pengalaman belajar.
Hasil pengalaman belajar itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan, Muhammad Surya, (1995:23). Pengertian ini sejalan dengan pendapat Muhibin Syah,(2001:92) mengungkapkan bahwa belajar adalah sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap senagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan melibatkan proses kognitif.
Belajar juga dapat diartikan proses memperoleh pengetahuan dan suatu perubahan kemampuan beraksi yang relatif langgeng, sebagaiman yang diungkapkan oleh raber dalam kamusnya “dectionsryb of psycholody yang dikutif oleh Muhibin Syah (2001:91). Thorndrik memandang belajar suatu usaha memeacahkan problem sedangkan Skiner memandang belajar adalah suatu mekanisme stimulus dan respon. ( Ahmad Tafsir:2002:30-31)
Dalam pengertian diatas belajar adalah suatu proses perubahan pada diri siswa yang memiliki ciri sebagai beriku;
1. Intensional, dalam arti perubahan diperoleh melalui pengalaman, peraktek atau latihan dengan disengaja, disadari dan di;lakukan nukan kebetulasn, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan;
2. Positif, artinya perubahan itu sesuai dengan yang diharapkan (norma) atau kriteria keberhasilan, baik bagi diri siswa yang bersangkutan, maupun guru;
3. Efektif, yang berarrtti perubahan itu mempunyai makna dan pengaruh tertentu terhadap siswa secara relatif menetap dan setiap saat bisa digunakan sesuai dengan keperluannya;
4. integral, bahwa perubahan itu mencakup kesewluruhan prilaku secara terpadu.

Prestasi belajar adalah sebagi hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Seorang guru akan kecewa bila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didiknya tidak sesuai dengan target kurikulum. Dalam kaitannya dengan belajar prestasi berarti penguatan pengetahunan atau keterampilan yang dikembangkan oleh guru melalui mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau ngka yang diberikan oelh guru. (Purwadarwinta, (1988:700).
Dari uraian diatas prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh melaui proses inter aksi dengan lingkungannya, yang berupa perubahan tingkah laku yang menetap bukan hasil dari mabuk, jenuh, dan lain-lain. Karena itu prestasi belajar akidah akhlak merupakan hasil yang diperoleh siswa melaui proses belajar-mengajar.

2. Indikator Prestasi belajar
Untuk mengungkap prestasi belajar mengunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloon yang secara garis besar membaginya menjadi ftiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Nana Sujana, (2001:22).
“Ranah kognitif berkenaan dengan hasiol belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetajhuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah edan keempat berikutnya termasuk kopgnitiuf tingksat tinggi.”
“Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari enam aspek , yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.”
“Ranah psykomotor berkenaan dengan hasil; belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor gerakan replek, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerak keterampilan komplek, dan gerakan ekspretip dan interpretatif”.

Lebih lanjut M. Ngalim Purwanto,( 2001:43-48) nmmenjelaskan tentang keenam aspek yang terdapat dalam ranah kognitif yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud sebagai terjemahan dari knowledge ialah tingkatan kemampuan yang hanya meminta responden atau testee untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, yang biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kermbali(recall) atau mengbhafal saja.
b. Pemahaman
Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan teste mampu memsahami arti dan konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Yang dapat dibedakan dalam tiga tingkatan yaitu:
1) pengetahuan komprehensi seperti dapat menjelaskan bhineka tuinggal Ika.
2) Pengetahuan komprehensi penafsiran seperti dapat menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahuai berikut.
3) Pengetahuan komprehensi ektrapolasi. Dengan ekstrapolasi seseorang adapat melihat dibalik yang tertuluis.
c. Aplikasi atau penerapan
Dalam aplikasi atau penerapan testee atau responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan arau mengguanakan apa yang telah diketahuainya dalamn situasi yang baru baginya
d. Analisis
Analisis adalah tingkat kemampuan testee untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau suatu tertentu kedalam komponen-komponen tertentu .
e. Sintesis
Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh.kemampuan berfikir sintesis dapat dik;lasifikasikan beberapa tife yaitu:
1) kemampuan menemukan hubungan yang unik
2) kemampuan menyusun suatu renana atau langkah-langkah oprasional dari suatu tugas y ang di ketengahkan.
3) Kemampuan mengabstraksi
4) Sejumlah besar fenomena, data, atau hasil observasi, menjadi teori, proporsi, hikportesis, skema, model atau bentuk- bentuk lainnya.
f. Evaluasi
Dengan kemampuan evaluasi, testee diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu penrtnyataan, konsep, situasi, dan lain-lain.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang di ungkapkan Muhibin syah(2001:151) bahwa indikator prestasi belajar meliputi tiga ranah yaitu kognitif, aapektif dan psikomotor selajutnya ranah kognitif dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 1
Jenis, indikator dan cara evaluasi prestasi
Ranah /jenis prestasi Indikator Cara evaluasi
Ranah cipta/kognitif
1. Pengamatan


2. Ingatan


3. Pemahaman


4.Penerapan



5. Analisis (pemerilsaan damn pemilahan secara teliti
6. Sintesis (membuat panduan yang baru dan utuh)
1. Dapat menujukan
2. Dapat membandingkan
3. Dapat menghubungkan
1. Dapat menyebutkan
2. Dapat menujukan kembali
1. Dapat menjelaskan
2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri
1. Dapat memberikan contoh
2. Dapat menggunakan secara tepat
1. Dapat menguraikan
2. Dapat mengklasipikasikan

1. Dapat menghubungkan
2. Dapat menyimpulkan
3. Dapat mengjeneralisaikan (membuat prinsip umum)
1. Tes lisan
2. Tes tertulis
3. Obser vasi
1. Tes lisan
2. Tes tertulis
3. Obser vasi
1. Tes lisan
2. Tes tertulis

1. Tes tertulis



1. Tes tertulis
2. Pemberian tugas


1. Tes tertulis
2. Pemberian tugas


Mengukur keberhasilan yang berdimensi kognitif (raba cipata) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tulis maupun tes lisan dan perbuatan, karena semakin membengkaknya jumlah siswa disekolah-sekolah , tes lisan dan perbuatan hampir tak poernah digunkan lagi . alasan alin mmengapa tes liwsan dan perbuatan tak diperguanakan lagi karena pelaksanaanya face to face berhadapan langsung).
Untuk keperluan penelitian penulis mnenetukan indikator prestasi belajar akidah akhlak penulis merujuk pendapat Bennyamin Bloom yang diungkapkan oleh Ngalim purwanto, Muhibinsyah yaitu pada ranah kognitif yang meliputi pengetahuan atau knowledge, pemahaman atau komprehensi, dan aplikasi atau pernerapan.

c. Prestasi Merupakan kebutuhan Siswa
Manusia dalam perjalanannya memeiliki kebutuhan sebagaimana yang diungkapkan oleh Maslow yang yang dikutip oleh Muliya, (130) Maslow percaya bahwa ada lima kategori kebutuhan yang membentuk suatu hirakri atau urutan dari yang kurang pokok hingga kurang pokok, meneurut maslow lima kebutuhan itu meliputi ;
1) Kebutuhan olksigen;
2) Kebutuhan rasa aman;
3) Kebutuhan untuk diakui;
4) Kebutuhan penghargaan;
5) Kebuthan aktualisasi diri.
Berbeda dengan Maslow khusus dalam bidang psikologis Harrok mengemukakan dua belas kategori kebutuhanyaitu: Penerimaan; prestasi kasih sayang persetujuan atau restu, menjadi bagian; kesesuaian, ketergantungan, ketidak ketergantungan, penguasaan-kekuasaan; pengenalan atau pengakuan; pernyataan diri, dan dimengerti.Muliya, (2002:132)
Lebih lanjut Muliya menjelaskan Penerimaan; yaitu kebutuhan untuk merasakan bahwa orang lain bersikap baik atau positif; hormat, mendukung atau menyetujui, dan lain sebagainya; merasakan bahwa seseorang tidak ditolah.
Prestasi yaitu kebutuhan untuk memeproleh, mencapai, menerima, menang dan sebagainya. Kasih sayang yaitu kebutuhan untuk dicintai, dihargai. Keinginan untuk dicintai yang tak dibuat-buat oleh orabng tua, saudara teman tau kekasih.
Persetujuan atau restu, yaitu kebutuhan untuk melihat orang lain menyenagkan, kebutuhan untuk memberikan hadiah, menghindari keritik, kesalahan dan hukuman.
Menjadi bagian; yaitu kebutuhan untuk merasa sebagai bagian dari dengan sesorang, kelompok atau ide; untuk anggota kelompok yang cocok.
Kesesuaian yaitu untuk menjadi sebagaimana orang lain, menghindari perbedaan dalam hal pakaian, prilaku, sikap dan ide-ide. Ketergantungan artinya kebutuhan untuk meminta tau bergantung kepada oarang lain dalam hal dukungan emosional , perlindungan, perhatiann , dorongan dan bantuan.
Ketidak ketergantungan yaitu kenutuhan untuk bebas dari pengendalian pihak luar, untuk melakukan sesuati atas keputusan sendiri, mencukupi kenutuhan sendiri, bergan tung pada orang lain. Penguasaan- kekuasaan yaitu kebutuhan untuk mengendalikan berkuasa untuk memimpin, mengelola, memerintah mengatasi masalah, mengatasi hambatan, memepengaruhi prilaku perasaan dan ide orang lain. Pengenalan dan pengbakuan yaitu kebutuhan untuk diketahui untuk dikenal, dianggap sebagai pribadi yang unik, dibedakan dari orang lain. Pernyatan diri yaitu kebutuhan untuk berfungsi , belajar, mengerti, berformasi dengan sebaik baiknya dan sebagainya.
Dimengerti yaitu kebutuhan untuk merasa dalam hubungan yang simpatik dengan orang tua, saudara teman ; merasa satu dengan yang lainnya, merasa bebas mengekpresikan pikiran dan masalah seseorang atau lebih, dengan tanpa kehilangan status pribadi dan kasih sayang. Sejalan dengan pendapat diatas Ahmad Fauzi (1999:144) mengungkapkan tentang hirakri kebutuhan manusia, yang terdiri atas lima kategori secara berurutan yaitu:
a. Kebutuhan phisikologis (physologis needs) makan, minum, seks, tidur, udara dan tempat berlindung (perumahan.
b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety and security needs), baik segi fisik, psikologis, finansial, dan stabilitas.
c. Kebutuhan pemilikan sosial (belongness and sosial needs). Yaiti kebutuhan afeksi , cinta kasih, kasih sayang, afiloasi, kebersamaan, dan indenbtifikasi kel;ompok.
d. Kebutuhan harga diri (istim needs) yaitu harga diri, otonomi kewenangan, kebebasan dan kemerdekaan, prestasi, prestise, respejk kebanggaan dan penonjolan diri
e. Kenutuhan aktualisasi diri (self actualization) yaitu pengembangan dan realisasi potensi diri.

Selanjutanya Maslow menguatarakan sebagimana yang dikutip oleh Ahmad fauzi tentang presentasi kebutuhan manusia, yaitu bahwa Kebutuhan psikologisnya 85%, kebutuhan keselamatan 70%, kebutuhan pemilikan dan sosial 50%, kebutuhan harga diri 40% dan aktualisasi diri 10 %.
Kebutuhan berprestasi yang setiap imdividu itu berbeda, ada yang motivasi instruksiknya tinggi untuk meraih sukses, baik dalam nersaing dengan yang lain, maupum bnekerja sendiri. Anak yang memiliki kebutuhan berprestasinya tinggi mudah dikenal oleh guru-guru, karena mereka dapat dan mampu memilih tugas yang menantang dan dapat menyelesaikannya.
Seorang ahli psikologis, David Mc Clelland dan John W. Atkinson sebagaimana yang dikutif oleh Samsu Yusuf (1993:18) yakni telah menngembangkan teori motivasi berorestasi yang didasarkan kebutuhan berprestasi (needs achieve) menurut teoro ini yaitu
“Anak-anak hartus ditantang dengan pekerjaan-pekerjaan atau juga tugas yang tidak sangat mudah atau sangat sulit. Mereka harus dapat menghadapi tugas-tugasyang dihadapinya”.
“Hal yang demikian sejalan dengan pendapat Berliyne, yaitu; pemberian tugasyang lebih sulit akan mendapatkan kepuasan yang lebih besar (dalam mengurangi konflik dan meningkatkan harga diri0 yang diperoleh darti sukses yang dfiperolehnya. Akam tetapi pada saat yang asama, tigas yang lebih sulit itu, mengakibatkan stress dan fristasi dan memberikan peluang kepada kegagalan”.

Prestasi merupakan mempertlihatkan prestasi bahan pengajaran atau tujuan pengajaran yang telah dikuasai siswa. Penguasaan ini menentukan apakah siswa boleh meneruskan unit pengajaran selajutnya atau meningkatkan penguasaannya lebih dahulu. Ahmad Tafsir (2002:78-79).
Dari uraian diatas jelas bahwa prestasi merupakan kebutuhan bagi manusia yang termasuk kedalam kerbutuhan harga diri, atau kebutuhan penghargaan. Sebab setelah siswa melaui proses belajar, maka seorang guru pasti ingin mengetahui seberapa jauh penerimaan siswa terhadap pembelajaran berlangsung, kemudian diadakan sebuah esvalusai, untuk mengukur kemampuan siswa.
Maka dari hasil evaluasi diperoleh suatu nilai, nilai itulah yang menjadi pengharggaan yang diberikan kepda siswa, yang selanjutnya disebut dengan hasil belajar, atau prestasi yang didapat oleh siswa.

d. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhio belajar meliputi tiga faktor sebagai mana di ungkapkan oleh Muhibin syah (2001:132) yaitu:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approuch to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yaitu: 1)aspek fisikologis (yang bersifat jasmaniah; 2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniyah).
Aspek fikologis yakni kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandaitingkat kebugaran organ-organ t ubuh dan sendi-sendinya. Dapat mempengaruhi insensitas siswa dalam mengikuti pelajaran, kondisi organ tubuh yang lemah, kondisi organ khusus siswa seperti tingkst kesehatan indra pendengar dan indera penglihat dapat mempengaruhi insensitas belajar.
Aspek psikologis, banyak faktor yang termasuk aspek psikologis dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas belajar siswa. Yaitu;
1) tingkat kecerdasan siswa/intelejennsi siswa.
Intelejensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan linkungandngan cara yang tepat menurut Reber, sebagai mana dikutif oleh Muhibin Syah (2001:134)
2) Sikap siswa
Sikap merupakan gejala inter yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dan merespon tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, untuk mengantisifasi sikap negatif siswa, guru dituntut untuk terlebih menujukan sikap positif terlebioh dahulu dan terhadap mata pelajaran yang menjadi vaknya.
3) Bakat siswa
Secara umum bakat siswa kemampuan potinsial yang dimilki seseorang untuk mencapai keberhsilan pada masa yang akan datang (Chaplin) senagaimana dikutif oleh Muhibin syah(2002:135). Dalam perkembangannya selanjutnya sebagai kemampuan sissawa individu untuk melakukan tugas tertentu tan berupaya pendidikan dan latihan.


4) Minat siswa
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan atau keinginan yamng besar terhadap sesuatu (Reber), minat juga dapat mempengaruhi kualitas hasdil belajar siswa dalam bidang stadi tertentu.
5) Motivasi siswa
Motivasi merupakan keadaan orgasme-baik manusia ataupun hewan –yang mendiringnya untuk berbuat sesuatu. (Gleimen dan Reber). Dalam perkembang selanjutnya motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi ektrinsik dan motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam dfiri siswa sendiri yabg dapat menbdorongnya melakukan belajar sedangkan motivasi ektrinsikadalah keadaan dan hal dari luar idividu siswa yang mebndorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Aspek eksternal siswa yang termasuk kedalam faktor ekstral adalah ada dua yaitu :
1) lingkungan sosial
Yang termasuk lingkungan sekolah adalah para guru, stap admainiastrasi dan siswa sedmnagkan yang termasuk lingkungan dsosial siswa adalah tentangga dan masyrakat semuanya dapat mempengari belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalag orang tua siswa dan keluarga siswa itu sendiri.

2) Lingkungan non sosial
Faktor yang termasuk lingkungan nonbsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan wu belajar yang diguinakan siswa. Faktor-fajtor tersebut itu dipandang turut menetulkan tingkat keber hasiuloan belajar siswa.

e. Tes Objektif Sebagai Alat Pengukuran Prestasi Belajar
Di sebabkan dengan luasnya bahan pelajaran yang d apat dicakup dalam tes serta mudahnya menilai jawaban yang diberikan, maka tes objektif banyak digunakan dalam menilai prestasi siswa. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh (Nana Sujana 2003:44)
Ada lima macam tes yang termasuk dalam bentuk tes objekjtif yaitu: tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes pencocokan (menjodohkan), tes isian singkat dan tes merlengkapi. (Muhibin Syah, 2002:146)
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya bentuk pilihan ganda terdiri dari:
1. Stem ialah pertanyaan atau pernyataan yang berisi pertanyaan yang akan diajukan;
2. Opsion ialah sejumlah pilihan atau alternatif;
3. Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar;
4. Distraktor ialah jawaban-jawaban yang lain selain kunci jawaban atau pengecoh. (Nana Sujana :2003:48)
Dari uraian diatas penulis berkesimpulan untuk kepentingan penelitian untuk mengukur prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran akidah akhlak menggunakan tes objektif dengan bentuk pilihan ganda.

c. Akidah Akhlak Sebagai Mata Pelajaran di MTs

1. Dasar aqidah akhlak sebagai studi di MTs
Bidang studi aqidah ahlak, merupakan dari pendidikan agama islam di MTs dan mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuharini, ddk, (198: 21) dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
a. Dasar segi yuridis atau hukum
Dasar-dasar pelaksanaan studi aqidah akhlak di MTs berasal dari pelaturan Undang-undang yang berlaku baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan sebagai pegangan dalam pendidikan agama Islam.
Oleh karena itu mata pelajaran aqidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran inti dari kelompok pendidikan agam islam dan merupakan program identitas di MTs, dan dilaksanakan bidang studi aqidah akhlak MTs adalah segi yuridis ataupun di sekolah-sekolah formal lainnya. Dalam kaitan ini Zuhairini, dkk, (1983: 21) mengemukakan tentang dasar yuridis formal pendidikan agama ada tiga maca, yaitu dasar ideal, dasar struktural, dan dasar oprasional.



1) Dasar ideal

Yang dimaksud dengan dasar ideal, yaitu dasar falsafah, ini juga tercermin dalam pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila (P4) yang dinyatakan dalam ketetapan dalam MPR No. 2/1978 tentang P4, bahwa:
“Dengan sila ketuhanan yang Maha Esa, bahwa bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan karena manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa. Sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar dan kemanusiaan yang adil dan beradab” (Depag RI, 1980: 11).
Untuk merelisasikan hal tersebut, maka diperlukan adanya pendidikan agama, karena tanpa adanya pendidikan agama akan sulit mewujudkan sila panca sila dalam pancasila tersebut khususnya pendidikan agama islam disetiap jenis dan jenjang pendidikan formal, sementara itu dalam ajaran islammasalah aqidah merupakan esensi ajaran agama karena aqidah berkenaan dengan berketauhidan siswa terhadap Allah SWT.
Sedangkan akhlak merupkan bukti kongkrit dan kterikatan seseorang terhadap aqidah yang diyakininya. Aqidah akhlak merupakan bagian dari integral dan essensial dari agama islam, maka pelajarannyapun termasuk kedalam dasar ideal pendidikan Indonesia.


2) Dasar sruktural
Yang menjadi dasar struktural pada bidang studi aqidah akhlak dalam kontek pendidikan agama Islam di MTs adalah:
1. Negara atas berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk melakukan agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaan itu.
Dari pasal tersebut mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus beragama dalam arti orang-orang atheis di lalang untuk hidup di Negara Indonesia, dan Negara menjamin serta melindungi umat beragama untuk menunaikan ajaran agamanya dan untuk beribadah menurut agamanya masing-masing.
3) Dasar operasional
Adapun yang dimaksud dasar-dasar operasional adalah dasar secara langsung mengatur pendidikan agama Isalam di sekolah-sekolah formal di Indonesia termasuk bidang studi aqidah akhlak sebagai berikut:
2. Tujuan mempelajari bidang studi aqidah akhlak
Tujuan mempelajari bidang studi aqidah akhlak di MTs tercantum dalam GBHN yang berdasarkan pada kurikulum tahun 1984. Secara garis besar tujuan mempelajari bidang studi aqidah aqidah akhlak sebagai berikut:
a. Siswa memiliki pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang aqidah akhlak
b. Pemahaman dan peng hanyatan dapat mencermikan keberhasilan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Cara mempelajari bidang studi aqidah akhlak
Sebagai mana yang telah dikemukakan sebelumnya adalah sebagian besar dari materi bidang studi aqidah akhlak adalah bersifat filosofis dan sebagian lagi bersifat kongkrit. Ada sebagin sumber materi pelajaran akhlak adalah Al-Qur’an dan Hadis yang tertulis dalam bahasa Arab dan cara mempelajarinya harus menggunakan pendekatan filosofis dan pendekatan scientific.

C. KERANGKA BERFIKIR
Belajar sebagai suatu proses yang merupakan perpaduan antara interaksi guru dan siswa, siswa dengan siswa pada saat pelajaran berlangsung sebab hal ini merupakan makna utama proses pengajaran yang memegang peranan penting tujuan pengajaran.
Belajar adalah suatu perubahan didalam didalam kepribbadian yang menyatakan diri sebagai suatu pla baru dari pada reaksi yang berupoa kecakapan, sikp, kebiasaan, kepandaian, atau suatau pengertian, Ngalim purwanto (2003:84) yang mengutif Withetington. Sedangkan depinisi belajar belajr menurut Abu Ahmadi (1990:121) ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Jadi untuk memeperoleh tujuan yang diharapakan secara optimal, diperlukan adanya sikap siswa yang merupakan suatau kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang, atau siatuasi yang dihadapi (Ngalim Purwanto, 2003:141) Sementara Bimo Walgito (1980:52), mengemukakan sikap adalah keadaan dalam pada diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, menyertai manusia yang menggerakkam untuk bertindak, menyertai manusia dengan perasaan tertentu didalam menggapai objek dan terbentuk atas dasar pengalaman.
Dalam sikap siswa terhadap tata tertib sekolah ada yang disebut dengan ketaatan, yang artianya kepatuhan, kesetiaan dan kesalehan. Sedangkan ketaatan siswa terhadap tatatertib.
Dalam kaitannya kaitannya dengan prestasi Pelajaran Pwendidikan Agama Islam, ketaatan siswa terhadap tatatertib sekolah merupakan sarana bagi berlangsungnya, kegiatan belajar mengajar yang kondusif, pembentukan pribadi yang taat, patuh, pencapaian prestasi yang memuaskan/tinggi dan memeungkinlkan tercerminya tujuan pendidikan.
Prestasi belajar merupakan Hasil pengalaman belajar itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan, Muhammad Surya, (1995:23). Tanpa adanya sebuah sebuah prestasi yang setinggi langit tidak akan tercapai.
Dengan memperhatikan teoritik diatas, maka penulis berusaha menjawqab permasalahan, sejauhmana hubungan ketaatan siswa terhadap tata tertib sekolah terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Al-Ishlah Kadugede, mekarsari, Cihara, Lebak Banten. Maka untuk menjawab permasalahan realita ketaatan siswa terhadap tata tertib sekolah (X) penulis akan mengarahkan pada ketaatan siswa terhadap tataterti sekolah yang berlaku di madrasah tsanawiyah Al-Ishlah Kadugede, dengan indikator sebagai berikut:
1. Setiap akan dimulai jam pelajaran pertama dan mengaklhiri jam pelajarn didagului dingan do’a, kepada Allah SWT;
2. Siswa wajib datang 10 menit sebelum pelajaran dimulai;
3. Siswa yang terlambat harus minta izin masuk yang ditandatangani oleh guru piket;
4. Sepeda motor ditempatkan ditempat yang telah disediakan;.
5. Pada waktu jam kosong siswa harus tenang, di dalam kelas tidak boleh gaduh;
6. Siswa harus berpakaian seragam yang rapi dan sopan;
7. Siswa dilarang memakai sandal di sekolah;
8. pada waktu istiranhat di larang keluar dari lingkungan sekolah;
9. Siswa dilarang merokok di sekolah.
10. Siswa yang sengaja berkelahi di sekolah dapat dikeluarkan dari sekolah;
11. Siswa tidak boleh berambut gondrong;
12. Siswa dilarang masuk ruang kantor tampa kerperluan.
13. Siswa wajib mengikuti upacara yang telah ditentukan;
14. peraturan yang belum tertulis dalam tatatertib akan diumumkan pada pengumuman kelas;
15. Siswa yang melanggar tata tertib ini akan dikenakan sangsi

Adapun untuk menjawab variabel prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak, penulis berpatokan pada pendapan Bloon yang dikutip oleh Muhibin Syah(2001:151) yaitu ranah kognitif yang meliputi pengetahuan atau knowledge, pemahaman atau komprehensi, dan aplikasi atau pernerapan.





D. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penilaian yang harus diuji kebenarannya dengan reseach (Kartini Kartono, 1990:78).sedangkan menurut Sumardi Surya Brata, (!983:75), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenaranya masih harus diuji secara empiris. Selanjutnya Sujana (1992:219) mengatakan, bahwa hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.
Data yang di ungkapkan dalam penelitian ini melibatkan variabel, yaitu variabel ketaatan siswa terhadap tatatertib sekolah dan variabel prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlak siswa.
Berdasarkan kerangka tersebut diatas, memberikan gambaran bahwaprestasi balajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhl;ak, salah satunya ditentukan oleh ketaatan siswa terhadap tatatertib sekolah. Apabila penulis menerapkan teori tersebut pada kenyataanya melibatkan Madrasah Tsanawiyah Al-ishlah kadu gede, Lebak penelitian ini akan bertolak pada hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : ‘semakin baik ketatatan siswa terhadap tatatertib sekolah maka semaik baik prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak dan sebaliknya semakin jekek ketaatan siswa terhadap tatatertib sekolah maka semaikin jelek prestasi belajar mereka”.
Dalam penelitian ini alat analisis yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesis diatas adalah statistik korelasi. Dengan mengindentifikasikan variabel pertama sebagi variabel indevenden dan kedua variabel dependen, maka untuk pembuktianya, akan dilakukan dengan hipotesis nihil  yang mengatakan tidak ada hubungan antara variabel ketaatan siswa terhadap tatatertibb sekolah dengan kedisiplinan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran akidah akhlak.
Untuk mempermudah tehnik pengujiannnya, sejalan dengan analisis korelatif maka akan ditempuh pengujiannya dengan membandingkan harga t hitung dengan t tabel pada tarap signifikasi 5%, jika ternyata t hitung lebih besar dari t tabel, maka  ditolak dan apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka  diterima.
































a. Tes Prestasi.
Prestasi belajar merupakan kemampuan yang dimiliki individu setelah proses belajar mengajar berlangsung. Bidang kemampuan yang merupakan hasil belajar ini dapat ditinjau dari teori Bunyamin S. Bloom, yang berkenan dengan taksonomi tujuan pendidikan.
Di samping sasaran didik merupakan individu, memiliki potensi yang tidak sama antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya perbedaan potensi tersebut, maka kemampuan yang dimiliki tentu berbeda pula. Dengan demikian di dalam mencapai hasil belajar setiap sasaran didik tidak akan sama.
Tes Prestasi belajar siswa sangat berguna, terutama untuk mengetahui kesesuaian antara program yang diajarkan dengan apa yang dicapai oleh sasaran anak didik. Menurut Azis Wahab guna evaluasi adalah:
(a) Tolok ukur untuk mengetahui kekurangan atau keberhasilan siswa, guru ataupun program pengajaran yang telah disampaikan dengan melalui kegiatan proses belajar mengajar.
(b) sebagai media klasifikasi, identifikasi serta penalaran diri, nilai moral dan / 1001 masalah.
(c) sebagai media edukasi (reeducasi), nilai moral”. (Aziz Wahab: 1985:3)

Sedangkan menurut Drs. Ngalin Purwanto ada tiga fungsi pokok evaluasi dalam proses belajar mengajar:
“(a)Untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan anak didik setelah melakukan kegiatan belajar.
(b) Untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu metode sistem pengajaran yang dipergunakan.
(c) Dengan mengetahui kekurangan, maka kita dapat berusaha untuk mencari perbaikan . (Ngalim Purwanto,2001:21)

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dengan melalui evaluasi akan diketahui kemampuan siswa dalam prestasi belajarnya, juga dapat diketahui apakah tugas guru dalam menyampaikan program berguna bagi siswa dalam mencapai tujuan pengajaran.
Alat penilaian dalam prestasi belajar siswa menurut M. Surya sebagai berikut:
“(a) tes diagnostik, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa. Berfungsi untuk menentukan apakah bahan telah dikuasai, menentukan tingkat penguasaan, pengelompokkan siswa, dan menentukan kesulitan belajar siswa.
(b) test formatif, yaitu untuk mengetahui sejauhmana kemajuan belajar siswa dalam proses belajar mengajar.
(c) tes Sumatif, yaitu tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian program pada setiap akhir semester” (Muhamad Surya,2000:26)

Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan materi yang diajarkan, dalam kegiatan formal dikelas. Tujuan ini membawa keharusan dalam konstruksi, untuk selalu mengacu pada perencanaan program mengajar yang dituangkan dalm silabus.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan evaluasi akan berguna dan berfungsi bagi siswa maupun guru, yaitu:
a) Mengetahui kesanggupan anak sehingga akan dapat dibantu sesuai dengan kemampuannya demi kepentingan belajar dan kegiatan selanjutnya.
a) Mengetahui sampai dimana anak itu mencapai tujuan pelajaran.
b) Menunjukkan kekurangan dan kelemahan siswa sehingga mereka dapat diberi bantuan yang khusus dalam mengatasi kekurangannya.
c) Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan pelajaran yang hendak dicapai.
d) Memberi dorongan kepada siswa untuk belajar lebih baik dan giat lagi.
















??????????????????????
Dari instruksi mentri pendidikan dan kebudyaan diatas, di jadikan bahan untuk menentukan indikator ketaatan siswa terhadap tata tertib sekolah dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Datang tepat waktu
Ketepan hadir pada waktu yang te;ah ditentukan dalam mengikuti proses belajar mengajar merupakan persyaratran bagi peserta didik untuk memperoleh pengajaran yang baik. Kebiasaan belajar yang baik dapat membantu siswa menguasai oelajarannya. Mencapai kemajuan belajar akhirnya meraih sukses. Hal ini Donald Alarid yang di kutif oleh The Liang Gie (1995:194) menjelaskan tentang kebiasaan belajar baik bagi siswa:
Siswa yang taat akan bertindak sesuai dengan rencana yang telah ditentukan secara tepat dalam melaksanakan tatatertib sekolah, seperti kehadiran siswa di kelas sebelum proses belajar mengajar dimulai, persiapan mengikuti ujian dikelas dan siswa yang taat tentunya akan senantiasa siap mengikuti kegiatan belajar disekolah setiap saat.
b. Berpakian seragam sesuai dengan yang ditetapkan
Bagi siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajarnya memiliki hak dan kewajiban yang harus menjadi pegangan dalam bertpakaian. Diantara salah satu kewajibannya yang harus senantiasa diperhatikan oleh sisiwa dan dikerjakan adalh memakai pakaian atau seragam sesuai dengan yang ditetapkan, sesai dengan hari yang telah ditetapkan, ketentuan itu misalnya ; hari senin dan selasa memakai seragam putig biru, rabu dan kamis memakai batik, dan jum’at dan sabtu memakai baju pramuka.
Berpakaian dengan menutup aurat adalah bagian dari kewajiban agama. Allah SWT telah berfirman dalam surat An-Nur:31 yang berbunyi:


Artinya :”Danjanganalah mereka menampakan perhiasanny kecuali yang biasa bampak padanya adan hendaklah mereka menutupkan kain jilbab kedadanya”( QS.An-Nur:31) (Depag. RI )

Dari ayat diatas dapat diambil hikmahnya adalah bahwa menutp aurat adalah hakekatnya bagai kaum musklim adalah suatu keharusan sebab funsi dari pakaian adalah untuk menutup aurat. Sedangkan batasan aurat adalah sebagaimana yang di ungkapkan oleh Cahyadi takariawan ( 2005:158) adalah: “ Aurat perempuan adalah seluruh bagian tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan dan laki-laki a adalah dari pesar sampai lutut. Namun bukan berarti laki-laki harus pakiai celana saja dengan tidak menggunakan baju. Kalau atauran laki-laki harus pakai baju dan celana maka itu yang harus diikuti dan ditaati.
c. Mengirimkan surat pemberitahhuan apabila dtidak hadir.
Bagi siswa yang memiliki intensitas yang tinggi dalam belajar atau sekolah dengan alasan dirinya tidak bisa menbgikuti proses belajar mengajar, maka ia dengan sendirinya atau lewat orang lain akan menginformasikan dalam bentuk surat atau benmtuk lain yang dianggap layak sebagai pemakluman zkepihal lembaga. Dalam hal ini surat menyurat itu perlu diadakan, terutama pada waktu-waktu yang sangat diperlukan bagai berbaikan pendidikan siswa. Seperti surat peringatan dari guru terhadap orang tua jika siswa perlu lebih giat, sering mangkir atau membolos dan lain-lain. Alangkah baiknya pula jika surat menyurat timbul dari orang tuanya sendiri kepada guru atau kepala sekolah, maupun ketika orang tua memerlukan keterangan-keterangan bagaimana tingkah laku anaknya disekolah, adakah anaknya itu tidak menyusahkan guru dan sebagainya. ???
d. Ketepatan menyelesaikan tugas
Siswa hendaknya membiasakan diri untuk mengerjakan tugas yang berhuungan dengan stadi. Hal ini Harry Kitson yang dikutif oleh The Liang Gie (1995:200) menjelaskan tentang kebiasaan stadi yang baik itu sangat penting bagi siswa untuk mencapai sukses dalam stadinya.
Selanjutnya Slameto (1995:88) menjelaskan agar siswa berhasil belajarnya perlu mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup mengerjakan pekerjaan rumah, membuat soal latihan yang dibuat sendiri, soal dalam buku pegangan, tes ulangan harian ulangan umum dan ujian.
Siswa harus mengikuti tata tertib yang telah ditetapkan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis tetapi hal ini sudah menjadi baku. Yang telah ditapakan oleh pihak sekolah. Sehingga tujuan-tujuan tercapai. Oleh sebab itu tanpa adanya kesadaran akan keharusan melksanakan tata tertib sekolah yang sudah ditentukan sebelumnya maka pelaksanaan proses belajar mengajar dilingkungan sekolah dapat tercapai target maksimal.
e. Memperhatikan selama guru menerangkan
Untuk keberhasilan dalam belajar diantaranya ketaatan siswa terhadap tata tertib sekolah. Dalam lingkungan sekolah terdapat aturan yang ada dikelas, artinya siswa sudah siap dalam menerima bahan pelajaran tatkala mengikuti kegiatan belajar mengajar berlangsung. Maka jika tidak ada perhatian dari siswa, maka akan timbul ketidak sukaannya berada dilingkungan sekolah termasuk ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Dalam hal ini Slameto ( 1995: mengungkapakan untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian maka timbullah kebosanan sehingga ia tidak lagi suka berada disekolah atau belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar